Literature Review
Nama: Pandu Almalik Januar Rahmanda
NPM: 202246500097
Kelas: R4B
Pada saat ini saya sedang dalam proses dalam perancangan kajian yang berjudul '“Mumei” dan Pengekspresian Rasa Kesepian' yang berupa pengkajian dari lirik sebuah lagu. Pengkajian ini akan dikaji melalui metode penelitian dari teori semiotika Roland Barthes. Dengan adanya literature review ini saya berharap mendapatkan penjelasan mengenai penjelasan teori, contoh analisis atau sumber penelitian lain yang dapat membantu saya dalam melanjutkan pengkajian saya. Berikut ini adalah kumpulan artikel yang saya harap dapat membantu saya dalam proses pengkajian saya:
1. M. Mirza, & Rakka Dita. (2022). Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu “Rumpang” Karya Nadin Amizah. CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan, 2(4), 40–45.
Di dalam lirik lagu seringkali terdapat makna atau arti yang mendalam. Menurut Jan Van Luxemburg (Isnaini, 2021), lirik atau syair lagu dapat dianggap sebagai puisi, begitu pula sebaliknya. Definisi teks-teks puisi mencakup berbagai jenis sastra, termasuk ungkapan dalam iklan, pepatah, semboyan, doa-doa, dan syair lagu pop. Oleh karena itu, untuk mendeteksi makna atau arti dari lirik lagu, dapat digunakan metode semiotika yang mempelajari ilmu sistem tanda. Metode ini mempelajari bagaimana tanda-tanda ditempatkan dan bagaimana tanda-tanda tersebut membantu manusia memahami lingkungannya.
Selain mengandung makna, beberapa lirik lagu juga menggunakan berbagai majas. Menurut Dale & Warriner (Isnaini dan Herliani, 2020), majas adalah bahasa kiasan yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan membandingkan dan memperkenalkan suatu benda dengan yang lain atau hal yang lebih umum. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat sekitar 24 jenis majas, termasuk majas hiperbola dan majas metafora yang digunakan dalam penelitian ini.
Keraf (1981:127) menjelaskan bahwa majas hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan, membesar-besarkan suatu hal. Menurut KBBI, majas hiperbola adalah cara melukiskan sesuatu dengan menyamakannya dengan hal lain. Sementara itu, majas metafora adalah bentuk pemajasan yang memberikan gambaran yang jelas melalui perbandingan atau kontras (Tarigan, 1985:15). Keraf (1981:124) mengartikan metafora sebagai majas yang mengandung perbandingan tersirat yang menyamakan satu hal dengan hal lain.
Penelitian ini menganalisis lirik lagu melalui pendekatan linguistik. Lirik lagu dianalisis untuk menemukan kata-kata yang mengandung majas atau gaya bahasa, kemudian mendeskripsikan makna lagu tersebut. Dari penelitian ini, ditemukan beberapa majas dalam lirik lagu "Rumpang", termasuk Majas Hiperbola, Alegori, Sarkasme, Sindiran, dan Klimaks. Majas hiperbola ditemukan di bait pertama dan keenam lirik lagu tersebut karena lirik tersebut dianggap sangat berlebihan. Majas alegori ditemukan di bait kedua dan keempat. Majas alegori adalah ungkapan melalui kiasan atau gambaran. Selain itu, terdapat juga majas sarkasme di lirik "Aku Takut sepi tapi yang lain tak berarti katanya, mimpiku kan terwujud mereka lupa tentang mimpi buruk, tentang kata (Maaf sayang, aku harus pergi)," yang merupakan sindiran keras. Majas sindiran ditemukan di bait kelima.
2. Putu Desy Putriani w, Kadek Eva Krishna Adnyani, Gede Satya Hermawan. (2019). Analisis Campur Kode Pada Lirik Lagu BABYMETAL. Vol. 5 No. 2 (2019)
Pencampuran bahasa adalah fenomena umum di masyarakat, di mana mencampurkan bahasa lokal dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Jepang adalah salah satu negara yang sering memasukkan kata atau frasa bahasa Inggris ke dalam lirik lagu-lagu populer mereka, fenomena ini disebut campur kode.
Lirik lagu yang dianalisis dalam penelitian ini berasal dari empat lagu grup band BabyMetal, yaitu "Road Of Resistance," "Awadama Fever," "Dokidoki Morning," dan "Ukiuki Midnight." Keempat lagu ini dipilih karena mengandung jenis campur kode seperti yang dijelaskan oleh Muysken. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis campur kode dan memahami bagaimana bentuk campur kode terjadi secara struktural.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan menggunakan instrumen berupa kartu data. Data yang dikumpulkan adalah larik yang mengandung bahasa Inggris kemudian diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis campur kode (insersi, alternasi, leksikalisasi kongruen). Analisis dilakukan dengan pendekatan sintaksis. Hasil penelitian menunjukkan tiga jenis campur kode dalam 20 larik lagu BabyMetal: insersi, alternasi, dan leksikalisasi kongruen. Alternasi adalah jenis campur kode yang paling dominan, muncul 17 kali, sementara insersi muncul 2 kali, dan leksikalisasi kongruen muncul 1 kali.
Alternasi terjadi karena aturan struktur gramatikal bahasa Jepang dan Inggris, dengan pelepasan unsur tertentu dalam larik campur kode. Insersi terjadi karena pergantian konstituen bahasa Jepang ke bahasa Inggris dengan memasukkan kosa kata ke dalam unit gramatikal seperti frasa dan klausa. Leksikalisasi kongruen terjadi karena kesamaan struktur gramatikal tertentu yang memungkinkan pencampuran.
Analisis sintaksis menunjukkan bahwa campur kode insersi dapat diterapkan pada tiga struktur gramatikal: frasa nomina (NP=N+N), (NP=Adj+N), frasa adjektifa (AP=Adv+Adj), dan frasa verba (VP=NP+V). Namun, dalam penelitian ini, insersi hanya ditemukan pada struktur frasa nomina. Campur kode alternasi tidak membentuk susunan struktur gramatikal karena unsur yang hilang. Leksikalisasi kongruen terjadi karena faktor kognitif penulis dan kesamaan struktur gramatikal.
Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan sintaksis, penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis campur kode dalam lirik lagu BabyMetal, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena campur kode dalam konteks lirik lagu.
3. Kumalasari, S. R., Amalia, A. D., Dzakiyah, J. Y., Zabrina, A. A., Mardiana, P. A., & Nurhayati, E. (2023). Analisis Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu “Sampai Jadi Debu” Banda Neira Ditinjau dari Kajian Semantik. IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary, 1(6).
Dalam konteks karya sastra, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat artistik untuk menciptakan karya seni. Karena karya sastra merupakan hasil kreativitas manusia, karya tersebut tidak hanya mereproduksi kehidupan nyata, tetapi juga mengandung unsur kreatif yang didasarkan pada masalah-masalah di dunia nyata (Saputri, 2020). Karya sastra menjadi media untuk menyampaikan emosi, cerita, dan pesan yang diungkapkan melalui lagu, film, novel, dan bentuk ekspresi lainnya. Karya sastra menciptakan dunia imajinatif di mana bahasa menjadi alat utama untuk menyusun kata dan kalimat dengan keindahan artistik. Setiap kata dipilih dengan cermat untuk mencapai efek tertentu, dan struktur kalimat dirancang untuk mengekspresikan ide dan emosi dengan jelas dan ekspresif. Karya sastra juga bisa diterjemahkan ke dalam bentuk seni lain, seperti puisi yang menjadi teks yang menggugah emosi atau novel yang diadaptasi menjadi film yang memvisualisasikan cerita melalui gambar dan suara. Bahasa dalam karya sastra sering menggunakan metafora dan bahasa khas untuk memberikan makna mendalam. Pada tahun 2000, karya sastra di Indonesia semakin banyak diminati (Nurhayati, 2016).
Lagu merupakan salah satu bentuk karya sastra. Lagu terdiri dari kata-kata indah yang dirangkai dalam ritme dan melodi, serta merupakan sarana penyampaian perasaan. Lagu dapat menggerakkan orang untuk merasakan peristiwa dan kejadian monumental (Nurfan, 2023). Keindahan kata-kata dalam liriknya tersembunyi dalam melodi dan harmoni ritme yang dinamis. Setiap kata yang dipilih memiliki kekuatan untuk menyampaikan emosi, menggambarkan peristiwa, dan menciptakan cerita yang memikat hati pendengarnya. Musik memiliki kemampuan untuk mengarahkan emosi dan memberikan warna pada narasi yang diusung oleh lirik. Setiap lagu memiliki cerita unik yang mencerminkan perjalanan pencipta dalam mengekspresikan ide dan emosinya. Dengan menggabungkan melodi dan kata-kata, lagu menjadi alat yang kuat untuk merayakan kehidupan, menggambarkan kisah cinta, atau mengajukan pertanyaan filosofis yang mendalam. Oleh karena itu, mendengarkan lagu bukan hanya mendengar suara, tetapi juga memasuki alam imajinatif yang dirancang oleh penciptanya.
Lirik dan gaya bahasa saling berhubungan (April 2023). Tanpa gaya bahasa dalam lirik, karya seni hanya diciptakan untuk didengar, bukan dirasakan. Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna bahasa. Secara etimologis, kata "semantik" berasal dari bahasa Inggris "semantics," yang mengacu pada studi analitis terhadap istilah-istilah kunci dalam suatu bahasa untuk menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Semantik berbeda dengan sintaksis, yang mempelajari susunan satuan kebahasaan tanpa mengacu pada maknanya, dan dengan pragmatik, yang mempelajari hubungan antara simbol-simbol linguistik, bahasa, dan penggunaannya dalam konteks komunikasi. Oleh karena itu, penelitian semantik mempelajari makna leksikal kata, konsep makna dalam bahasa, serta jangkauan dan ragam makna dalam bahasa.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan deskriptif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami gaya linguistik lirik sebuah lagu secara mendalam. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan kecenderungan menggunakan analisis (Nasution, 2023). Data penelitian ini menggunakan gaya bahasa dan makna yang terkandung dalam kalimat dan lirik lagu "Sampai Jadi Debu" karya Banda Neira. Sumber data adalah kumpulan lirik lagu Banda Neira dari album "Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti". Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan catat, meliputi pengamatan, penyelidikan, dan penyusunan sumber data yang diperoleh secara cermat. Alat penelitian ini adalah human instrument. Langkah pertama adalah mendengarkan dan membaca lirik "Sampai Jadi Debu" di internet. Kemudian, mencari gaya bahasa yang ditemukan, mendeskripsikan baris-baris dalam lirik yang menunjukkan gaya bahasa, dan mencatatnya. Tahap terakhir adalah mengartikan makna yang terdapat dalam lirik lagu tersebut.
Dalam penelitian "Analisis Gaya Kebahasaan Pada Lirik Lagu 'Sampai Jadi Debu' Banda Neira", gaya bahasa yang digunakan menciptakan keindahan dan makna yang mendalam. Dalam konteks karya sastra, gaya linguistik tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga alat artistik dalam membentuk karya seni. Penelitian linguistik membantu mengidentifikasi pola tutur dalam lagu dan menganalisis penggunaan bahasa dalam konteksnya. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan konten pembelajaran tentang analisis gaya linguistik pada karya sastra, khususnya dalam konteks lirik lagu. Peneliti menganalisis penggunaan gaya linguistik pada lirik lagu "Sampai Jadi Debu" karya Banda Neira dengan menggunakan metode kualitatif dan deskriptif serta kajian semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kajian semantik dapat menganalisis penggunaan gaya bahasa dan menyampaikan makna yang ingin disampaikan pencipta kepada pendengar dengan mendeskripsikan konten pada tingkat fonologis, sintaksis, dan semantik lirik album.
4. Arliani, N., & Adiyanto, W. (2023). Representasi Kecemasan Dalam Lirik Lagu “Rehat” Kunto Aji (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure). Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(3), 2808–2821.
Cahya dan Sukendro (2022) menjelaskan bahwa musik adalah media komunikasi yang sangat populer dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Alipya dan Nurfauziyah (2022) menekankan pentingnya lirik dalam sebuah lagu karena menyampaikan makna atau pesan. Sari (2022) menambahkan bahwa musik dan lirik lagu menyampaikan pesan-pesan dari pembuat lagu, yang bisa berupa aspirasi, curahan hati, isu sosial, atau semangat nasionalisme, serta berfungsi sebagai media meditasi untuk mengurangi stres.
Penelitian Laura, Wahyuningratna, dan Sevilla (2022) menganalisis lagu BTS "Black Swan" yang menggambarkan emosi terkait keputusasaan dan kecemasan melalui pendekatan semiotika Roland Barthes, yang membedakan makna menjadi mitos, konotasi, dan denotasi. Marlita, Rahmayanti, dan Rambe (2022) menganalisis lirik "Tutur Batin" oleh Yura Yunita, yang mengangkat isu tentang standar kecantikan, ketakutan, depresi, dan kecemasan perempuan, juga menggunakan pendekatan semiotika Barthes.
Penelitian ini mengacu pada kesehatan mental yang merupakan bagian penting dari kesehatan secara menyeluruh (Ayuningtyas, Misnaniarti, dan Rayhani, 2018), dengan penekanan pada gangguan mental yang dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban biaya.
Santika (2023) melaporkan bahwa 1 dari 3 remaja mengalami gangguan mental, dengan kecemasan dan depresi sebagai yang paling umum. Musik digunakan dalam terapi untuk menenangkan pikiran dan mengurangi stres, menunjukkan manfaat signifikan bagi kesehatan mental (Amanda dkk., 2022).
Kunto Aji, musisi Indonesia, mengangkat isu kesehatan mental dalam lagu-lagunya, terutama dalam album "Mantra Mantra" yang berhasil meningkatkan kesadaran tentang topik ini dan mendapatkan beberapa penghargaan (Lova, 2021; Aninsi, 2019).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis semiotika Ferdinand De Saussure untuk menganalisis lirik "Rehat" Kunto Aji, mencerminkan masalah kecemasan dalam tiap baitnya. Artikel ini membahas representasi kecemasan dalam lirik lagu "Rehat" karya Kunto Aji menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Lagu ini mengangkat isu kesehatan mental, khususnya overthinking, dan menyampaikan pesan bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan. Analisis menunjukkan bagaimana Kunto Aji menggunakan tanda-tanda dan simbol untuk menggambarkan kecemasan, ketakutan, dan cara mencapai keikhlasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dapat menjadi terapi efektif untuk kecemasan. Musik dan liriknya sudah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia dan memainkan peran penting dalam kesehatan mental.
5. Galih Lintang Asmarandhana, Elsa Nabila Putri, Heppy Latifatun Nisa, Elita Irandani, Ahmad Hadafi, & Eni Nurhayati. (2023). Analisis Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu “Hati-Hati di Jalan” Karya Tulus: (Kajian Stilistika). Semantik : Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa Dan Budaya, 1(4), 192–200.
Comments
Post a Comment