Literature Review

 Nama: Pandu Almalik Januar Rahmanda

NPM: 202246500097

Kelas: R4B


Pada saat ini saya sedang dalam proses dalam perancangan kajian yang berjudul '“Mumei” dan Pengekspresian Rasa Kesepian'  yang berupa pengkajian dari lirik sebuah lagu. Pengkajian ini akan dikaji melalui metode penelitian dari teori semiotika Roland Barthes. Dengan adanya literature review ini saya berharap mendapatkan penjelasan mengenai penjelasan teori, contoh analisis atau sumber penelitian lain yang dapat membantu saya dalam melanjutkan pengkajian saya. Berikut ini adalah kumpulan artikel yang saya harap dapat membantu saya dalam proses pengkajian saya:


1. M. Mirza, & Rakka Dita. (2022). Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu “Rumpang” Karya Nadin Amizah. CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan2(4), 40–45.

Di dalam lirik lagu seringkali terdapat makna atau arti yang mendalam. Menurut Jan Van Luxemburg (Isnaini, 2021), lirik atau syair lagu dapat dianggap sebagai puisi, begitu pula sebaliknya. Definisi teks-teks puisi mencakup berbagai jenis sastra, termasuk ungkapan dalam iklan, pepatah, semboyan, doa-doa, dan syair lagu pop. Oleh karena itu, untuk mendeteksi makna atau arti dari lirik lagu, dapat digunakan metode semiotika yang mempelajari ilmu sistem tanda. Metode ini mempelajari bagaimana tanda-tanda ditempatkan dan bagaimana tanda-tanda tersebut membantu manusia memahami lingkungannya.

Selain mengandung makna, beberapa lirik lagu juga menggunakan berbagai majas. Menurut Dale & Warriner (Isnaini dan Herliani, 2020), majas adalah bahasa kiasan yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan membandingkan dan memperkenalkan suatu benda dengan yang lain atau hal yang lebih umum. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat sekitar 24 jenis majas, termasuk majas hiperbola dan majas metafora yang digunakan dalam penelitian ini.

Keraf (1981:127) menjelaskan bahwa majas hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan, membesar-besarkan suatu hal. Menurut KBBI, majas hiperbola adalah cara melukiskan sesuatu dengan menyamakannya dengan hal lain. Sementara itu, majas metafora adalah bentuk pemajasan yang memberikan gambaran yang jelas melalui perbandingan atau kontras (Tarigan, 1985:15). Keraf (1981:124) mengartikan metafora sebagai majas yang mengandung perbandingan tersirat yang menyamakan satu hal dengan hal lain.

Penelitian ini menganalisis lirik lagu melalui pendekatan linguistik. Lirik lagu dianalisis untuk menemukan kata-kata yang mengandung majas atau gaya bahasa, kemudian mendeskripsikan makna lagu tersebut. Dari penelitian ini, ditemukan beberapa majas dalam lirik lagu "Rumpang", termasuk Majas Hiperbola, Alegori, Sarkasme, Sindiran, dan Klimaks. Majas hiperbola ditemukan di bait pertama dan keenam lirik lagu tersebut karena lirik tersebut dianggap sangat berlebihan. Majas alegori ditemukan di bait kedua dan keempat. Majas alegori adalah ungkapan melalui kiasan atau gambaran. Selain itu, terdapat juga majas sarkasme di lirik "Aku Takut sepi tapi yang lain tak berarti katanya, mimpiku kan terwujud mereka lupa tentang mimpi buruk, tentang kata (Maaf sayang, aku harus pergi)," yang merupakan sindiran keras. Majas sindiran ditemukan di bait kelima.


2. Putu Desy Putriani w, Kadek Eva Krishna Adnyani, Gede Satya Hermawan. (2019). Analisis Campur Kode Pada Lirik Lagu BABYMETAL. Vol. 5 No. 2 (2019)

Pencampuran bahasa adalah fenomena umum di masyarakat, di mana mencampurkan bahasa lokal dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Jepang adalah salah satu negara yang sering memasukkan kata atau frasa bahasa Inggris ke dalam lirik lagu-lagu populer mereka, fenomena ini disebut campur kode.

Lirik lagu yang dianalisis dalam penelitian ini berasal dari empat lagu grup band BabyMetal, yaitu "Road Of Resistance," "Awadama Fever," "Dokidoki Morning," dan "Ukiuki Midnight." Keempat lagu ini dipilih karena mengandung jenis campur kode seperti yang dijelaskan oleh Muysken. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis campur kode dan memahami bagaimana bentuk campur kode terjadi secara struktural.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan menggunakan instrumen berupa kartu data. Data yang dikumpulkan adalah larik yang mengandung bahasa Inggris kemudian diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis campur kode (insersi, alternasi, leksikalisasi kongruen). Analisis dilakukan dengan pendekatan sintaksis. Hasil penelitian menunjukkan tiga jenis campur kode dalam 20 larik lagu BabyMetal: insersi, alternasi, dan leksikalisasi kongruen. Alternasi adalah jenis campur kode yang paling dominan, muncul 17 kali, sementara insersi muncul 2 kali, dan leksikalisasi kongruen muncul 1 kali.

Alternasi terjadi karena aturan struktur gramatikal bahasa Jepang dan Inggris, dengan pelepasan unsur tertentu dalam larik campur kode. Insersi terjadi karena pergantian konstituen bahasa Jepang ke bahasa Inggris dengan memasukkan kosa kata ke dalam unit gramatikal seperti frasa dan klausa. Leksikalisasi kongruen terjadi karena kesamaan struktur gramatikal tertentu yang memungkinkan pencampuran.

Analisis sintaksis menunjukkan bahwa campur kode insersi dapat diterapkan pada tiga struktur gramatikal: frasa nomina (NP=N+N), (NP=Adj+N), frasa adjektifa (AP=Adv+Adj), dan frasa verba (VP=NP+V). Namun, dalam penelitian ini, insersi hanya ditemukan pada struktur frasa nomina. Campur kode alternasi tidak membentuk susunan struktur gramatikal karena unsur yang hilang. Leksikalisasi kongruen terjadi karena faktor kognitif penulis dan kesamaan struktur gramatikal.

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan sintaksis, penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis campur kode dalam lirik lagu BabyMetal, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena campur kode dalam konteks lirik lagu.


3. Kumalasari, S. R., Amalia, A. D., Dzakiyah, J. Y., Zabrina, A. A., Mardiana, P. A., & Nurhayati, E. (2023). Analisis Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu “Sampai Jadi Debu” Banda Neira Ditinjau dari Kajian Semantik. IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary1(6).

Dalam konteks karya sastra, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat artistik untuk menciptakan karya seni. Karena karya sastra merupakan hasil kreativitas manusia, karya tersebut tidak hanya mereproduksi kehidupan nyata, tetapi juga mengandung unsur kreatif yang didasarkan pada masalah-masalah di dunia nyata (Saputri, 2020). Karya sastra menjadi media untuk menyampaikan emosi, cerita, dan pesan yang diungkapkan melalui lagu, film, novel, dan bentuk ekspresi lainnya. Karya sastra menciptakan dunia imajinatif di mana bahasa menjadi alat utama untuk menyusun kata dan kalimat dengan keindahan artistik. Setiap kata dipilih dengan cermat untuk mencapai efek tertentu, dan struktur kalimat dirancang untuk mengekspresikan ide dan emosi dengan jelas dan ekspresif. Karya sastra juga bisa diterjemahkan ke dalam bentuk seni lain, seperti puisi yang menjadi teks yang menggugah emosi atau novel yang diadaptasi menjadi film yang memvisualisasikan cerita melalui gambar dan suara. Bahasa dalam karya sastra sering menggunakan metafora dan bahasa khas untuk memberikan makna mendalam. Pada tahun 2000, karya sastra di Indonesia semakin banyak diminati (Nurhayati, 2016).

Lagu merupakan salah satu bentuk karya sastra. Lagu terdiri dari kata-kata indah yang dirangkai dalam ritme dan melodi, serta merupakan sarana penyampaian perasaan. Lagu dapat menggerakkan orang untuk merasakan peristiwa dan kejadian monumental (Nurfan, 2023). Keindahan kata-kata dalam liriknya tersembunyi dalam melodi dan harmoni ritme yang dinamis. Setiap kata yang dipilih memiliki kekuatan untuk menyampaikan emosi, menggambarkan peristiwa, dan menciptakan cerita yang memikat hati pendengarnya. Musik memiliki kemampuan untuk mengarahkan emosi dan memberikan warna pada narasi yang diusung oleh lirik. Setiap lagu memiliki cerita unik yang mencerminkan perjalanan pencipta dalam mengekspresikan ide dan emosinya. Dengan menggabungkan melodi dan kata-kata, lagu menjadi alat yang kuat untuk merayakan kehidupan, menggambarkan kisah cinta, atau mengajukan pertanyaan filosofis yang mendalam. Oleh karena itu, mendengarkan lagu bukan hanya mendengar suara, tetapi juga memasuki alam imajinatif yang dirancang oleh penciptanya.

Lirik dan gaya bahasa saling berhubungan (April 2023). Tanpa gaya bahasa dalam lirik, karya seni hanya diciptakan untuk didengar, bukan dirasakan. Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna bahasa. Secara etimologis, kata "semantik" berasal dari bahasa Inggris "semantics," yang mengacu pada studi analitis terhadap istilah-istilah kunci dalam suatu bahasa untuk menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Semantik berbeda dengan sintaksis, yang mempelajari susunan satuan kebahasaan tanpa mengacu pada maknanya, dan dengan pragmatik, yang mempelajari hubungan antara simbol-simbol linguistik, bahasa, dan penggunaannya dalam konteks komunikasi. Oleh karena itu, penelitian semantik mempelajari makna leksikal kata, konsep makna dalam bahasa, serta jangkauan dan ragam makna dalam bahasa.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan deskriptif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami gaya linguistik lirik sebuah lagu secara mendalam. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan kecenderungan menggunakan analisis (Nasution, 2023). Data penelitian ini menggunakan gaya bahasa dan makna yang terkandung dalam kalimat dan lirik lagu "Sampai Jadi Debu" karya Banda Neira. Sumber data adalah kumpulan lirik lagu Banda Neira dari album "Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti". Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan catat, meliputi pengamatan, penyelidikan, dan penyusunan sumber data yang diperoleh secara cermat. Alat penelitian ini adalah human instrument. Langkah pertama adalah mendengarkan dan membaca lirik "Sampai Jadi Debu" di internet. Kemudian, mencari gaya bahasa yang ditemukan, mendeskripsikan baris-baris dalam lirik yang menunjukkan gaya bahasa, dan mencatatnya. Tahap terakhir adalah mengartikan makna yang terdapat dalam lirik lagu tersebut.

Dalam penelitian "Analisis Gaya Kebahasaan Pada Lirik Lagu 'Sampai Jadi Debu' Banda Neira", gaya bahasa yang digunakan menciptakan keindahan dan makna yang mendalam. Dalam konteks karya sastra, gaya linguistik tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga alat artistik dalam membentuk karya seni. Penelitian linguistik membantu mengidentifikasi pola tutur dalam lagu dan menganalisis penggunaan bahasa dalam konteksnya. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan konten pembelajaran tentang analisis gaya linguistik pada karya sastra, khususnya dalam konteks lirik lagu. Peneliti menganalisis penggunaan gaya linguistik pada lirik lagu "Sampai Jadi Debu" karya Banda Neira dengan menggunakan metode kualitatif dan deskriptif serta kajian semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kajian semantik dapat menganalisis penggunaan gaya bahasa dan menyampaikan makna yang ingin disampaikan pencipta kepada pendengar dengan mendeskripsikan konten pada tingkat fonologis, sintaksis, dan semantik lirik album.


4. Arliani, N., & Adiyanto, W. (2023). Representasi Kecemasan Dalam Lirik Lagu “Rehat” Kunto Aji (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure). Innovative: Journal Of Social Science Research3(3), 2808–2821.

Cahya dan Sukendro (2022) menjelaskan bahwa musik adalah media komunikasi yang sangat populer dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Alipya dan Nurfauziyah (2022) menekankan pentingnya lirik dalam sebuah lagu karena menyampaikan makna atau pesan. Sari (2022) menambahkan bahwa musik dan lirik lagu menyampaikan pesan-pesan dari pembuat lagu, yang bisa berupa aspirasi, curahan hati, isu sosial, atau semangat nasionalisme, serta berfungsi sebagai media meditasi untuk mengurangi stres.

Penelitian Laura, Wahyuningratna, dan Sevilla (2022) menganalisis lagu BTS "Black Swan" yang menggambarkan emosi terkait keputusasaan dan kecemasan melalui pendekatan semiotika Roland Barthes, yang membedakan makna menjadi mitos, konotasi, dan denotasi. Marlita, Rahmayanti, dan Rambe (2022) menganalisis lirik "Tutur Batin" oleh Yura Yunita, yang mengangkat isu tentang standar kecantikan, ketakutan, depresi, dan kecemasan perempuan, juga menggunakan pendekatan semiotika Barthes.

Penelitian ini mengacu pada kesehatan mental yang merupakan bagian penting dari kesehatan secara menyeluruh (Ayuningtyas, Misnaniarti, dan Rayhani, 2018), dengan penekanan pada gangguan mental yang dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban biaya.

Santika (2023) melaporkan bahwa 1 dari 3 remaja mengalami gangguan mental, dengan kecemasan dan depresi sebagai yang paling umum. Musik digunakan dalam terapi untuk menenangkan pikiran dan mengurangi stres, menunjukkan manfaat signifikan bagi kesehatan mental (Amanda dkk., 2022).

Kunto Aji, musisi Indonesia, mengangkat isu kesehatan mental dalam lagu-lagunya, terutama dalam album "Mantra Mantra" yang berhasil meningkatkan kesadaran tentang topik ini dan mendapatkan beberapa penghargaan (Lova, 2021; Aninsi, 2019).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis semiotika Ferdinand De Saussure untuk menganalisis lirik "Rehat" Kunto Aji, mencerminkan masalah kecemasan dalam tiap baitnya. Artikel ini membahas representasi kecemasan dalam lirik lagu "Rehat" karya Kunto Aji menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Lagu ini mengangkat isu kesehatan mental, khususnya overthinking, dan menyampaikan pesan bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan. Analisis menunjukkan bagaimana Kunto Aji menggunakan tanda-tanda dan simbol untuk menggambarkan kecemasan, ketakutan, dan cara mencapai keikhlasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dapat menjadi terapi efektif untuk kecemasan. Musik dan liriknya sudah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia dan memainkan peran penting dalam kesehatan mental.


5. Galih Lintang Asmarandhana, Elsa Nabila Putri, Heppy Latifatun Nisa, Elita Irandani, Ahmad Hadafi, & Eni Nurhayati. (2023). Analisis Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu “Hati-Hati di Jalan” Karya Tulus: (Kajian Stilistika). Semantik : Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa Dan Budaya1(4), 192–200.

Stilistika adalah disiplin ilmu yang mengkaji gaya bahasa dalam karya sastra. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang gaya bahasa dalam lirik lagu, seperti Setiawati dkk. (2021) yang menganalisis majas retoris dan kiasan dalam lagu "Bertaut," serta Aulia & Zika (2023) yang mengkaji majas hiperbola dan metafora dalam album "Monokrom" karya Tulus.

Berdasarkan kajian tersebut, penelitian ini memilih lagu "Hati-Hati di Jalan" dari album "Manusia" oleh Tulus, karena 1) liriknya kaya dengan gaya bahasa, 2) untuk memahami makna liriknya, dan 3) sebagai bahan ajar bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan stilistika untuk menganalisis gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut.

Analisis menunjukkan bahwa lagu "Hati-Hati di Jalan" menggunakan gaya bahasa yang menggambarkan pertemuan kekasih sebagai takdir dan melibatkan metafora untuk menyampaikan perasaan dan cerita. Misalnya, frasa "asam dan garam" menggambarkan ketidakcocokan dalam hubungan, sementara "kasih sayangmu membekas" menunjukkan cinta yang tersisa setelah perpisahan. Lirik-lirik ini menggambarkan perjalanan emosional pasangan yang merasa ditakdirkan bersama namun akhirnya berpisah.

Kesimpulannya, gaya bahasa dalam lirik lagu ini mencerminkan isu kecemasan, ketidakpastian, dan harapan yang umum terjadi dalam hubungan manusia. Analisis ini menunjukkan bahwa musik dan lirik memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dan emosi yang mendalam, serta dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan terapi emosional.


6. Syakhila Octaviani, & Nazwa Nurfauziah. (2023). Menelaah Makna Tersembunyi Dalam Lirik Lagu “Istirahat” Nosstress. Jurnal Riset Rumpun Ilmu Bahasa2(1), 146–157.

Sastra adalah ekspresi manusia melalui tulisan atau lisan yang mencerminkan pemikiran, pendapat, pengalaman, dan perasaan secara imajinatif (Padi, 2013; Rafiek, 2013). Sastra tidak hanya menggambarkan kehidupan tetapi juga menyampaikan pesan-pesan kebenaran, baik secara eksplisit maupun tersirat.

Dalam penelitian sastra, metode deskriptif-kualitatif sering digunakan untuk menganalisis gaya bahasa dan makna dalam lirik lagu. Lagu "Hati-Hati Di Jalan" karya Tulus, misalnya, dipilih untuk analisis karena liriknya kaya dengan gaya bahasa yang puitis dan bermakna, menjadikannya bahan ajar yang potensial untuk pelajaran Bahasa Indonesia.

Metode deskriptif-kualitatif melibatkan pengumpulan data yang relevan dan analisis mendalam untuk memahami pesan yang ingin disampaikan melalui lirik lagu. Lagu juga dapat mengandung pesan sosial, seperti kepedulian terhadap lingkungan, dan mampu membangkitkan emosi pendengar melalui penggunaan bahasa yang indah dan simbolis.

Lagu ini menceritakan tentang kepedulian lingkungan, tentang bumi yang terlihat semakin rusak dan parah akibat ulah dari penghuninya, yakni manusia itu sendiri. Semakin hari manusia semakin senonoh saja dengan tempat tinggalnya. Entah itu dari hal-hal simpel yang tak sengaja atau hal-hal ngawur yang emang disengaja demi keuntungannya sendiri. Lirik lagu dapat dikategorikan sebagai karya sastra dalam bentuk puisi yang berisikan curahan hati. 

 Lagu mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan puisi selain itu puisi juga dapat dilagukan. Sama halnya dengan puisi lagu juga mengandung makna dan pesan yang ingin disampaikan pengarang lagu atau musisi kepada pendengar lagu yang diciptakan dari ekspresi perasaan berdasarkan pengalaman dalam kehidupan manusia sehari-hari. Pengarang lagu dengan penguasaan bahasa yang dimiliki dapat menghasilkan lirik yang bagus dan indah untuk dinikmati. 


7. Ratna Wulandari, & Aswarini Sentana. (2023). ANALISIS SEMIOTIKA DALAM LIRIK LAGU WIJAYAKUSUMA KARYA ARDHITO PRAMONO. Jurnal Sosial Humaniora Dan Pendidikan2(2), 28–34.

Salah satu bentuk karya sastra yang populer adalah lagu, terutama yang berakar dari puisi. Lirik lagu adalah rangkaian kata yang membentuk bait-bait dan seringkali memiliki struktur dan elemen yang mirip dengan puisi. Seperti puisi, lirik lagu adalah ekspresi perasaan pribadi dan sering kali mengandung simbol-simbol yang mendalam (Rahadian, 2020). Banyak orang tertarik pada musik karena liriknya yang bermakna.

Lirik lagu mirip dengan puisi dalam hal bahasa dan struktur. Semi (1988) menyebutkan bahwa "Lirik adalah puisi pendek yang mengekspresikan emosi," dan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan lirik lagu sebagai puisi yang dinyanyikan. Lirik lagu dapat mengandung tanda-tanda atau simbol-simbol moral yang dapat dijadikan bahan pembelajaran.

Sebagai contoh, lagu "Wijayakusuma" oleh Ardhito Pramono, dirilis pada 13 Juli 2022, menunjukkan penggunaan bahasa yang seperti puisi, dengan makna yang luas dan simbolis. Semiotika, menurut Plato dan Aristoteles, adalah kajian tentang tanda dan simbol yang digunakan untuk representasi ide dan gagasan.

Dalam semiotika Peirce, terdapat konsep Denotatum (icon, index, simbol) dan interpretant (Rheme, decisign, argument). Misinterpretasi tanda dapat mengarah pada kesimpulan yang salah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis lirik lagu "Wijayakusuma," menemukan 12 data denotatum, termasuk 1 ikon, 4 indeks, dan 7 simbol. Kata-kata dalam lirik memberikan imajinasi dan pesan yang mendalam, menggambarkan emosi dan cinta terhadap alam.

Metode penelitian pustaka atau library research digunakan dalam penelitian ini. Langkah-langkah meliputi mencari dan memahami penelitian relevan, melakukan studi pustaka, dan menggambarkan objek berdasarkan fakta yang ada. Analisis menunjukkan bahwa lirik Ardhito Pramono dalam "Wijayakusuma" mengandung unsur semiotika yang mendalam, mencerminkan emosi dan realitas kehidupan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa lagu-lagu Ardhito Pramono, termasuk "Wijayakusuma," menggambarkan hati, emosi, dan berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cinta dan kecintaan terhadap alam.


8. Gunadi, D. F. (2023). Representasi Makna Perpisahan pada Lirik Lagu “Give Me Five” Karya JKT48: Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure. Jurnal Pendidikan Non Formal1(2), 11.

Metode penelitian adalah cara mengumpulkan dan mengolah data untuk memecahkan masalah penelitian. Surakhmad (1985) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara utama mencapai tujuan, misalnya menguji hipotesis dengan teknik tertentu.

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan teknik analisis kualitatif-deskriptif. Data primer yang digunakan adalah lirik lagu "Give Me Five" karya JKT48, dianalisis menggunakan konsep penanda dan petanda Saussure. 

Representasi makna perpisahan dalam lirik lagu “Give Me Five” karya JKT48 menggambarkan perpisahan kelulusan sekolah. Lagu ini mengingatkan bahwa perpisahan bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan baru. Tangis dalam perpisahan dilihat sebagai kebahagiaan atas tercapainya tujuan dan motivasi untuk meraih mimpi di masa depan. Analisis menggunakan semiotika Ferdinand de Saussure, yang membahas penanda dan petanda, menunjukkan bagaimana lagu ini membangun kesadaran tentang kelanjutan kehidupan setelah perpisahan. Peneliti menyarankan untuk menemukan objek penelitian yang lebih relevan dan kritis.


9. Puspahaty, N. ., & Musta’innah, S. . (2023). Analisis deiksis pada lirik lagu dalam album “Sour” Olivia Rodrigo . Nautical : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 1(11), 1414–1428.

Deiksis adalah studi tentang bagaimana kata-kata merujuk pada orang, benda, atau peristiwa dalam konteks tertentu, merupakan bagian dari kajian pragmatik. Menurut Yule, pragmatik adalah studi tentang makna yang dikomunikasikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar, sedangkan Cruse menekankan pentingnya konteks dalam menafsirkan tuturan.

Deiksis bertindak sebagai jembatan antara semantik dan pragmatik, karena maknanya hanya dapat dipahami dalam konteks tertentu. Contoh seperti "I am hungry" atau "this song sounds good" memerlukan informasi tentang siapa, kapan, dan di mana diucapkan.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis-jenis deiksis dalam lirik lagu album "Sour" oleh Olivia Rodrigo. Lima lagu utama dari album tersebut dianalisis: "Driver License," "Déjà vu," "Good 4 U," "Traitor," dan "Brutal." Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan pragmatik.

Hasil penelitian menunjukkan lima jenis deiksis: persona, spasial, temporal, sosial, dan wacana. Dari 477 data yang diidentifikasi, 356 merupakan deiksis persona, 32 deiksis spasial, 55 deiksis temporal, 16 deiksis sosial, dan 18 deiksis wacana. Setiap jenis deiksis memberikan makna berbeda sesuai konteks lirik lagu, mencerminkan pengalaman pribadi Olivia, perubahan lokasi dan waktu, interaksi sosial, dan urutan peristiwa dalam lirik.


10. I Gede Esa Ananda, I Wayan Simpen, & Ni Putu N. Widarsini. (2024). ANALISIS PROSES AFIKSASI PADA LIRIK LAGU FEBY PUTRI DALAM ALBUM RIUH. JOURNAL SCIENTIFIC OF MANDALIKA (JSM) E-ISSN 2745-5955 | P-ISSN 2809-0543, 5(3), 104-115.

Salah satu aspek penting dalam bahasa Indonesia adalah morfologi, khususnya proses pembentukan kata melalui afiksasi. Afiksasi terdiri dari beberapa jenis, seperti prefiksasi, sufiksasi, infiksasi, konfiksasi, dan imbuhan gabung. Kajian mengenai afiksasi penting karena seringkali terjadi kesalahan dalam pemahaman pembentukan kata. Dengan memahami proses afiksasi, masyarakat dan pelajar dapat lebih mudah memahami pembentukan kata yang benar.

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode padan dan metode agih. Metode padan digunakan dengan metode padan pragmatis, yang menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan seperti teknik pilah unsur penentu. Metode agih, di sisi lain, menggunakan alat penentu yang merupakan bagian dari bahasa tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam lagu Feby Putri dari album Riuh terdapat berbagai jenis afiksasi, termasuk prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi, dan imbuhan gabung. Selain itu, juga ditemukan struktur morfofonemik dan morfosintaksis dalam afiks tersebut, seperti perubahan fonem dan berbagai bentuk dan jenis kata.


11. Ardelia, A., & Agriyani, D. M. . (2023). ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES VIDEO MUSIK EITHER WAY - IVE. Sabda: Jurnal Sastra Dan Bahasa, 2(3), 38–43.

Dalam semiotika Roland Barthes, terdapat konsep penting yang dikenal sebagai "penanda" (signifier) dan "pertanda" (signified). Penanda merujuk pada elemen yang menunjukkan suatu konsep atau objek, sedangkan pertanda adalah konsep atau objek itu sendiri yang direpresentasikan oleh penanda. Barthes mengembangkan teori ini menjadi dua sistem signifikasi: makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi adalah makna langsung dan objektif, sedangkan makna konotasi mencakup unsur-unsur kultural yang lebih dalam dan dapat bervariasi berdasarkan konteks dan budaya. Dalam pandangan Barthes, mitos adalah cara masyarakat membentuk dan memahami makna konotatif dengan menghubungkan tanda-tanda dengan konsep-konsep budaya yang lebih luas. Konsep ini membantu menganalisis dan memahami bagaimana bahasa dan tanda menciptakan makna yang lebih dalam dalam konteks sosial dan budaya.

Video musik yang dianalisis kali ini adalah lagu dari grup penyanyi IVE yang berjudul "Either Way," menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang mencakup analisis makna denotasi, konotasi, dan mitos yang disampaikan dalam video musik tersebut. Video yang menampilkan sinematografi yang indah ini sangat menarik untuk diteliti karena cerita yang disampaikan sangat sesuai dengan lirik lagu yang mengiringinya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. John W. Creswell dan Cheryl N. Poth (2017) dalam bukunya mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai pendekatan yang menggali makna dalam konteks sosial dengan berfokus pada pemahaman, interpretasi, dan deskripsi. Penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa potongan gambar dari video klip "Either Way," kemudian menganalisisnya dengan teori Roland Barthes, mencari makna denotasi, konotasi, serta mitos yang ada dalam setiap adegan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa makna denotasi dalam video tersebut digambarkan melalui makna sebenarnya yang dapat dirasakan oleh pancaindra manusia (dalam hal ini, pengamatan dari video musik tersebut). Makna konotasi dalam video musik ini terlihat dari setiap adegan yang dibuat dengan makna khusus, secara keseluruhan menggambarkan bagaimana di dunia ini, baik atau buruknya pandangan orang lain tentang diri kita bukanlah masalah besar dan dianggap sebagai cara mencintai yang berbeda. Makna mitos berhubungan dengan kehidupan masyarakat di era sekarang yang terus berkembang.

Video musik "Either Way" dari IVE menggambarkan pesan dan visual yang menarik, mengeksplorasi tema kehidupan, persepsi orang terhadap kita, dan pesan tentang kepercayaan diri. Video musik ini tampaknya memberikan pesan yang dalam, sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak membiarkan pandangan orang lain mempengaruhi kita.


12. Rima Damayanti, Ahmad Bahrudin, Moh Badrih, & Khusnul Fatimah. (2024). Analisis Makna Konotatif Dalam Lagu Cundamani Karya Denny Caknan : Kajian Semiotik. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 10(1), 933-942.

Makna konotatif mencakup dimensi yang lebih luas dibandingkan dengan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna tambahan yang terkait dengan nilai rasa, baik positif maupun negatif (Antika et al. 2020; Damayanti et al. 2020; Purnama Sari et al. 2021; Supriandi, Sukri, dan Burhanuddin 2023). Konotasi merupakan pertemuan antara tanda dan emosi serta nilai-nilai budaya pengguna bahasa (Alfreda dan Sakinah 2022; Damayanti 2022). Analisis makna konotatif dalam lirik lagu adalah pendekatan semiotik yang memungkinkan eksplorasi lebih dalam mengenai lapisan-lapisan makna yang terkandung di dalamnya.

Teori semiotik Roland Barthes berasal dari teori semiotik Ferdinand de Saussure. Menurut Saussure, semiotika, atau semiologi, mengklasifikasikan tanda menjadi penanda (signifier) dan pertanda (signified). Barthes mengembangkan konsep ini menjadi dua tingkatan signifikansi: denotasi dan konotasi (Alfreda dan Sakinah 2022; Theodora, Siregar, dan Hidayat 2023). Semiotik didefinisikan sebagai ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dan cara pemberian makna pada tanda-tanda tersebut (Nathaniel dan Sannie 2020; Putri dan Sulanjari 2021). Semiotik juga mempelajari fenomena sosial budaya termasuk karya sastra sebagai sistem tanda (Annisa Maulidiyah dan Wahyu Setyawan 2022). Dalam lirik lagu, tanda-tanda ini mencakup kata, frasa, dan penggunaan bahasa serta imaji yang digunakan oleh pencipta lagu. Jadi, makna konotatif adalah aspek makna yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul pada penulis dan pendengar (Sinaga et al. 2021).

Kajian semiotik pada lirik lagu memberikan wawasan tentang bagaimana lirik mengandung pesan-pesan tersembunyi, emosi, dan pandangan dunia yang kadang tidak langsung terlihat. Analisis makna konotatif dalam lirik lagu adalah usaha untuk menggali aspek bawah sadar yang dihadirkan oleh pencipta lagu, membuka jendela ke dunia yang lebih luas dan mendalam. Makna konotatif merujuk pada makna tambahan atau asosiatif yang melekat pada kata-kata, selain makna denotatifnya yang lebih literal dan umum.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna konotatif dalam lirik lagu "Cundamani" karya Denny Caknan dengan kajian semiotik. Pembaca akan diajak menyelami rasa dan pemikiran tersembunyi dalam setiap baris lirik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai makna konotatif dalam lirik lagu "Cundamani" karya Denny Caknan, sehingga memudahkan dalam memahami makna kalimat dan mengembangkan ilmu sastra, khususnya mengenai pentingnya makna konotatif dalam membangun lagu sebagai bagian dari puisi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena data yang diambil berupa kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna konotatif dalam lirik lagu "Cundamani" karya Denny Caknan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan (Fadli 2021). Subjek penelitian ini adalah lagu "Cundamani" karya Denny Caknan. Jadi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan makna konotatif yang terkandung dalam lirik lagu "Cundamani" karya Denny Caknan.

Teknik analisis data dalam penelitian ini melibatkan penerjemahan lirik lagu "Cundamani" ke dalam Bahasa Indonesia untuk mempermudah analisis. Peneliti kemudian menghimpun dan menganalisis makna setiap kalimat dalam bait lirik lagu "Cundamani" dengan pendekatan semiotik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lirik lagu "Cundamani" karya Denny Caknan mengeksplorasi perasaan mendalam dan pengalaman emosional yang memiliki nuansa keagamaan dan spiritualitas. Pesan dalam lirik mengandung ungkapan rasa syukur, ketulusan, dan penghargaan terhadap pasangan, serta keyakinan atas arti dan tujuan dalam menjalani hidup dengan dukungan dan bimbingan. Makna konotatif dalam lirik lagu "Cundamani" menggambarkan hubungan erat, kepercayaan, dan komitmen mendalam terhadap pasangan yang diistilahkan dengan "bintang". Makna konotatif ini mampu memunculkan nilai rasa yang mendalam, menjadikan lagu ini berkesan bagi pendengarnya.


13. Perindo Estrada, Indrawati, & Lena Marianti. (2023). Analisis Semiotika Makna Kasih Sayang Pada Lirik Lagu “Ayah” Karya Rinto Harahap. Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora Dan Seni, 1(4), 887–893.

Semiotika adalah serangkaian teori dan metode analisis yang memungkinkan kita untuk mempelajari tanda-tanda pada objek untuk menemukan makna yang dikandungnya. Berasal dari kata Yunani “semion” yang berarti tanda, semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda atau simbol. Dalam istilah, semiotika mempelajari berbagai objek dan peristiwa lintas budaya sebagai simbol. Menurut Soest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dihasilkan dapat dianggap sebagai tanda, dan tanda tidak terbatas pada objek saja. Dalam bahasa Inggris, semiotika dikenal sebagai semiology.

Roland Barthes adalah seorang pemikir strukturalis yang mengembangkan model linguistik dan semiologi dari Saussure. Barthes lahir di Cherbourg pada tahun 1915 dan dibesarkan di desa kecil Bayonne di Prancis barat daya, dekat pantai Atlantik. Dia mengembangkan ide-ide semiologi Saussure dan menerapkannya pada konsep budaya. Di bawah ini adalah contoh model semiotika Roland Barthes yang merupakan hasil pengembangan dari model semiotika Saussure.

Menurut para ahli, musik yang dimainkan dengan indah sebenarnya memiliki komponen komposisi dalam bentuk lirik. Lirik memberikan kontribusi penting pada kualitas musik atau lagu yang dimainkan. Oleh karena itu, penulis lirik memiliki peran besar dalam menyampaikan imajinasinya kepada pendengar. Makna kata dalam lagu sangat beragam, bahkan para ahli memiliki definisi mereka sendiri-sendiri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif interpretatif, yang berfokus pada tanda dan teks sebagai objek penelitian dan bagaimana peneliti menginterpretasikan dan memahami kode di balik tanda dan teks tersebut. Tujuannya adalah untuk menjelaskan fenomena secara menyeluruh. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data yang paling penting adalah dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan informasi langsung dari subjek. Pendekatan interpretatif ini berfokus pada sifat subyektif dunia sosial dan berusaha memahami kerangka objek kajiannya.

Dalam penelitian ini, terdapat pesan mendalam yang digambarkan oleh Rinto Harahap sebagai penulis dan penyanyi lagu "Ayah" yang menjadi objek penelitian. Lagu ini mengungkapkan kerinduan seorang anak kepada ayahnya yang selalu ada dalam hidupnya tetapi kini telah tiada dan tidak dapat kembali seperti dulu. Sang anak sangat berharap bisa bertemu kembali dengan ayahnya, bahkan hanya dalam mimpi, menggambarkan betapa dalam kerinduannya. Ia sangat merindukan kehangatan kasih sayang ayahnya yang hilang, sehingga ia menyanyikan lagu ini dengan harapan ayahnya bisa mendengar dan merasakan kerinduan yang ia rasakan.


14. Muhamad Topan Slamet Nurdin. (2023). Analisis Semiotik Makna Perjuangan Seorang Ibu Dalam Lagu Dawai (Air Mata Di Ujung Sajadah). Fonologi : Jurnal Ilmuan Bahasa Dan Sastra Inggris, 1(3), 20=35.

Roland Barthes merumuskan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai elemen kunci dalam analisisnya. Dalam pemikirannya, terdapat dua tahapan signifikasi dalam peta analisis Barthes. Tahap pertama, atau signifikasi pertama, adalah tingkat denotatif. Tanda denotatif juga dapat berfungsi sebagai penanda konotatif, yang kemudian masuk ke dalam tahap atau signifikasi kedua. Barthes meyakini bahwa bahasa adalah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat pada waktu tertentu.

Denotatif merujuk pada tingkat pertanda yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti. Ini adalah makna yang tampak atau jelas. Sementara itu, konotasi adalah tingkat petanda yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, di mana operasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti beroperasi, membuka kemungkinan makna yang beragam. Konotasi sering diidentifikasi dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai mitos oleh Barthes, yang berfungsi untuk mengungkapkan dan membenarkan nilai-nilai dominan dalam suatu periode tertentu.

Mitos dalam pandangan Barthes bukanlah cerita mitologi, tetapi lebih kepada gagasan atau ideologi yang terus diproduksi dan mempengaruhi cara masyarakat memahami realitas atau fenomena. Mitos terletak pada sistem tanda tingkat kedua, di mana tanda yang sudah terbentuk menjadi penanda baru yang membentuk tanda baru dengan petanda kedua. Proses ini Barthes sebut sebagai metabahasa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika deskriptif berdasarkan model Roland Barthes, yang menekankan pada signifikasi dua tahap. Tahap pertama adalah denotasi, yang merupakan hubungan langsung antara penanda dan petanda terhadap realitas eksternal. Sementara itu, konotasi adalah signifikasi tahap kedua, di mana tanda bekerja melalui mitos. Analisis semiotik membantu dalam menggali makna tersembunyi dalam sebuah teks.

Dalam penelitian ini, lagu "Dawai (Air Mata Di Ujung Sajadah)" menjadi objek analisis. Makna denotasi lagu ini adalah perjuangan seorang ibu sebagai single parent dalam mencari kebenaran tentang keberadaan anaknya. Sementara makna konotasi menggambarkan dinamika konflik dalam latar belakang keluarga, di mana seorang ibu terpisah dari cucunya karena dikelabui oleh ibu kandungnya sendiri. Lagu ini menggambarkan perjuangan seorang ibu yang penuh kesabaran dan doa, serta harapannya untuk bertemu kembali dengan anaknya yang terpisah.


15. Amalia, A. F., Kristanto, N. H., & Waluyo, S. (2022). Semiotika Nonverbal dalam Musik Video “Azza” Karya Rhoma Irama (Kajian Semiotika Roland Barthes). Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 5(4), 731-748.

Dalam bukunya, "Mythologies," Barthes (1972) membahas konsep konotasi kultural sebagai perpaduan dari berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat Perancis. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang lebih mendalam, di mana makna yang tersirat menjadi "apa yang-terjadi-tanpa-mengatakan," menunjukkan adanya konotasi yang terus berkembang. Barthes menyatakan bahwa mitos adalah hasil dari sistem penandaan tingkat kedua setelah adanya sistem tanda dasar. Proses ini melibatkan pembentukan tanda baru yang berkembang menjadi makna konotatif, yang kemudian berubah menjadi mitos.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan mengungkapkan tanda-tanda tubuh dalam video musik "Azza" karya Rhoma Irama, dengan fokus pada konsep semiologi Roland Barthes, yaitu konotasi dan denotasi. Konotasi merujuk pada makna yang tersirat dalam tanda-tanda semiotika yang terkait dengan budaya tertentu, sementara denotasi adalah makna yang eksplisit dan langsung. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menganalisis data dari video musik tersebut, dengan memperhatikan tanda-tanda tubuh dan hubungannya dengan makna konotatif dan denotatif.

Melalui analisis terhadap tanda-tanda tubuh dalam video musik "Azza," dapat dilihat bahwa bahasa tubuh yang digunakan merupakan bentuk komunikasi. Penafsiran pesan dari sender ke receiver memainkan peran penting dalam memastikan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan kebingungan atau konflik. Rasionalitas komunikasi ini memungkinkan terjalinnya hubungan yang harmonis antara pengirim dan penerima pesan, dengan menghasilkan efek positif dalam interaksi komunikasi.

Makna konotatif yang terdapat dalam video musik "Azza" terungkap melalui adegan-adegan yang menggambarkan kekuasaan Tuhan dan pencarian makna diri. Wanita yang awalnya bingung dengan keberadaannya diakhiri dengan penemuan kebahagiaan setelah mendapat hidayah. Adanya penggambaran ini mengandung pesan tentang arti kasih sayang dan petunjuk dari Tuhan dalam hidup.

Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana tanda-tanda tubuh dalam konteks video musik mengkomunikasikan makna konotatif dan denotatif, serta bagaimana penggunaan bahasa tubuh dapat menciptakan pengalaman komunikasi yang mendalam dan bermakna bagi penonton.


16. NATHANIEL, Axcell; SANNIE, Amelia Wisda. ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA KESENDIRIAN PADA LIRIK LAGU “RUANG SENDIRI” KARYA TULUS. SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik, [S.l.], v. 19, n. 2, p. 107-117, mar. 2020. ISSN 2599-3429. 

Tatanan pertama dalam semiotika, yang disebut denotasi, merupakan dasar bagi kerangka kerja Saussure. Ini mengacu pada hubungan antara penanda dan petanda dalam suatu tanda, serta kaitannya dengan realitas eksternal. Barthes sendiri menggambarkan tatanan ini sebagai denotasi, di mana makna yang jelas dan umum dari suatu tanda ditemukan. Kontrastnya, konotasi, adalah tatanan kedua yang melibatkan aspek emosional dan nilai budaya dari tanda tersebut. Bagi Barthes, denotasi adalah representasi mekanis dari objek, sementara konotasi melibatkan aspek manusiawi dalam proses pemilihan objek yang difoto.

Mitos, menurut Barthes, adalah hasil dari tatanan kedua dari petanda. Mitos, atau cerita, adalah cara bagi suatu budaya untuk memahami dan menjelaskan realitas atau fenomena alam. Barthes melihat mitos sebagai cara budaya untuk mengonseptualisasikan sesuatu, seringkali dengan tujuan menaturalisasi sejarah.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna kesendirian dalam lirik lagu "Ruang Sendiri" karya Tulus. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif interpretif, yang mengedepankan penafsiran makna subjektif dari data yang diperoleh, dalam hal ini lirik lagu. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, penelitian ini berusaha untuk menggali makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.

Makna konotatif dalam lirik lagu tersebut berkaitan dengan kesendirian dalam konteks hubungan romantis, menyoroti kebutuhan akan waktu untuk diri sendiri dalam sebuah hubungan. Penulis lagu menggambarkan kesendirian sebagai sesuatu yang positif dan diperlukan, terutama dalam hubungan romantis, di mana kehadiran konstan pasangan bisa menyebabkan kebosanan dan kehilangan identitas diri. Kesendirian dalam lirik lagu ini bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan sebuah waktu yang diperlukan untuk merenung dan memahami diri sendiri.

Dengan demikian, lirik lagu "Ruang Sendiri" menggambarkan kesendirian sebagai sesuatu yang penting dan positif dalam sebuah hubungan romantis, menyoroti pentingnya waktu untuk refleksi dan pemahaman diri dalam menjalani sebuah hubungan.


17. Fajar, Muzakki and Robihim, Robihim and Hargo, Saptaji (2022) Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Pada Album The Book Karya Yoasobi. Jurnal Bahasa dan Budaya Jepang, 5 (1). pp. 33-39. ISSN 2807-7709

Bahasa adalah medium yang memungkinkan manusia untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan ide-ide mereka kepada orang lain. Ini adalah alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari, memungkinkan kita untuk berinteraksi dan berbagi informasi satu sama lain.

Lirik lagu memiliki peran yang mendalam dalam menyampaikan pesan dan emosi. Mereka tidak hanya mengandung kata-kata, tetapi juga jiwa dari lagu tersebut. Oleh karena itu, dalam menganalisis lirik lagu, penting untuk memahami gaya bahasa yang digunakan dan makna yang terkandung di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya bahasa dan makna tersirat dalam lirik lagu dari album "The Book" karya Yoasobi. Pendekatan yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui studi pustaka dari berbagai sumber seperti buku, artikel, dan website.

Hasil analisis menunjukkan bahwa lirik lagu dalam album "The Book" membahas tema-tema kehidupan seperti suka, duka, keyakinan, dan ketidakpastian. Mereka juga menggambarkan pesan tentang tanggung jawab pribadi dalam membuat keputusan dan mempengaruhi arah hidup mereka sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa penulis lirik dalam album "The Book" Yoasobi bermaksud untuk menyentuh sisi-sisi yang mendalam dari pengalaman manusia, mendorong pendengar untuk menghargai kehidupan dan membuat keputusan yang membangun tanpa merugikan orang lain.


18. Ayo Suwaryo. (2022). Analisis Stilistika Lirik Lagu “Asmalibrasi” Karya Soegi Bornean. Concept: Journal of Social Humanities and Education, 1(4), 93–103.

Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra merupakan hal yang tak terpisahkan dari stilistika. Stilistika, menurut Endrasawara (2011:72), adalah penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Kemahiran seorang sastrawan dalam memanfaatkan stilistika akan mencerminkan kepiawaian estetikanya, seperti yang diungkapkan oleh Teti Laila Adha dkk (2017:2). Stilistika, berasal dari kata "style," mengacu pada cara khas dalam menyampaikan suatu hal.

Dalam kajian stilistika, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan: deskriptif dan genetis. Pendekatan deskriptif membahas aspek-aspek seperti morfologi, sintaksis, dan semantik, sementara pendekatan genetis memperhatikan motif bahasa dan pilihan kata (Sutejo dalam Septiani dkk, 2021:107).

Dalam lirik lagu, terdapat unsur-unsur seperti diksi dan majas. Diksi, menurut Damayanti (2018:265), adalah kemampuan khusus penyair dalam memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan jelas. Diksi dibagi menjadi denotasi dan konotasi, di mana denotasi merujuk pada kata-kata yang secara langsung menggambarkan makna, sementara konotasi membawa makna tambahan atau nilai rasa tertentu. Sementara itu, majas, menurut Nurgiyantoro (2010:297), adalah teknik penggunaan bahasa yang menghasilkan imajinasi dan intensitas perasaan. Ada tujuh jenis majas yang diidentifikasi oleh Pradopo (2010:62), termasuk simile, metafora, dan personifikasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis diksi dan majas yang digunakan dalam lirik lagu "Asmalibrasi" karya Soegi Bornean. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yang menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (Nawawi, 2007:67). Teknik analisis data yang digunakan meliputi seleksi data, pemberian kode, klasifikasi data, deskripsi data, dan interpretasi data.

Hasil analisis menunjukkan bahwa diksi konotatif mendominasi lirik lagu tersebut, menunjukkan kreativitas pencipta dalam menyampaikan pesan. Terdapat tiga jenis majas yang digunakan dalam lirik lagu ini: metafora, alegori, dan hiperbola.

Dengan demikian, analisis stilistika pada lirik lagu "Asmalibrasi" mengungkapkan penggunaan diksi yang kaya dan variasi majas yang memperkaya makna secara keseluruhan.


19. Feni Amanda Putri, & Achmad Yuhdi. (2023). ANALISIS MAKNA KONOTASI DALAM LIRIK LAGU “SAMPAI JADI DEBU” KARYA ANANDA BADUDU. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 4(1), 247–260.

Sastra adalah hasil imajinasi yang diwujudkan dalam bentuk karya fiksi, melalui ekspresi emosi dan perasaan pengarang. Dalam hal ini, baik makna maupun keindahan dari segi bahasa sangat penting.

Dalam semantik, salah satu aspek yang ditekankan adalah makna konotatif. Makna konotatif mengacu pada makna tambahan atau makna tersirat dari sebuah kata atau kelompok kata, yang memperkaya dan membuat pesan lebih menarik.

Wellek & Warren (1976:20-21) dan Noermanzah (2017:28) menegaskan bahwa sastra merupakan bentuk kreativitas yang menggunakan bahasa sebagai media utama untuk menyampaikan realitas kehidupan dengan imajinasi manusia, sehingga memiliki nilai estetika. Karya sastra dapat berupa puisi, prosa, drama, dan jenis lainnya, dimana pengarang dapat mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan melalui unsur bahasa dan bunyi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna konotatif dari lirik lagu "Sampai Jadi Debu" oleh Ananda Badudu, serta menemukan dan mendiskusikan makna tersembunyi di dalamnya. Penelitian ini penting untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama puisi, yang telah menjadi bagian penting dari kurikulum pendidikan.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yang menekankan pada deskripsi holistik dari situasi atau peristiwa yang sedang diteliti. Penelitian ini akan menggali makna konotatif yang terkandung dalam lirik lagu "Sampai Jadi Debu" karya Ananda Badudu.

Setelah menjalani analisis terhadap makna konotatif dalam lirik lagu "Sampai Jadi Debu" karya Ananda Badudu, diperoleh kesimpulan bahwa lagu tersebut mengandung makna yang dalam dan kompleks. Liriknya dipenuhi dengan metafora dan konotasi yang mengangkat tema tentang kehidupan, kematian, dan kesetiaan. Pesan yang disampaikan adalah bahwa kehidupan merupakan perjalanan singkat yang harus dihargai setiap momennya. Ananda Badudu berhasil menghadirkan lirik yang emosional dan menarik perhatian melalui penggunaan konotasi dan metafora. Hal ini membantu lagu tersebut untuk membangkitkan perasaan pendengarnya dengan kuat. Selain itu, artikel ini juga menunjukkan bahwa analisis makna konotatif memiliki peran penting dalam memahami lirik lagu secara lebih mendalam dan menyeluruh. Dengan demikian, pembaca dapat mendapatkan wawasan yang berharga tentang makna yang tersirat dalam lirik lagu, memberikan pengalaman yang memuaskan bagi penggemar musik dan pecinta sastra.


20. Wilian, D., & Andari, N. (2020). DIKSI DAN GAYA BAHASA LIRIK LAGU JEPANG KARYA TOUYAMA MIREI. Mezurashii: Journal of Japanese Studies, 2(1).

Karya sastra merupakan ekspresi dari perasaan, ide, dan pemikiran seseorang, yang bisa disampaikan dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Ada dua jenis karya sastra, yaitu karya sastra non-imaginatif dan karya sastra imaginatif. Karya sastra non-imaginatif meliputi esai, kritik, biografi, sejarah, dan lain-lain, sedangkan karya sastra imaginatif terdiri dari prosa dan puisi.

Lirik lagu juga dapat dikategorikan sebagai karya sastra, terutama dalam bentuk puisi. Lirik lagu merupakan wadah bagi penulis untuk mengekspresikan perasaan dan imajinasinya kepada orang lain. Dalam bahasa Jepang, lirik lagu disebut sebagai "jojoushi" atau sajak untuk nyanyian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam lirik lagu. Data yang digunakan adalah lirik lagu yang dibawakan oleh penyanyi Jepang, Touyama Mirei.

Dalam analisisnya, ditemukan bahwa terdapat 16 macam gaya bahasa dalam lirik lagu-lagu Touyama Mirei, seperti metafora, hiperbola, repetisi, dan lain-lain. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam lirik lagu bahasa Jepang dengan lirik lagu bahasa Indonesia, serta mengamati variasi gaya bahasa dari musisi Jepang lainnya.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat lebih memahami dan mengapresiasi kekayaan bahasa dalam lirik lagu, serta menggali lebih dalam tentang ekspresi seni dalam budaya Jepang.

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Desain Karakter Dewa Hades pada Video Game "Hades" : Semiotika Roland Barthes

Analisis Desain Karakter Dewa Hades pada Video Game "Hades" : Semiotika Roland Barthes